Rabu, 16 Juli 2008

Information Technology for Business

Pengertian Teknologi Informasi menurut Sanyoto Gondodiyoto (“Audit Sistem Informasi”, Mitra Wacana Media, 2007 halaman 202) adalah suatu sistem informasi berbasis teknologi komputasi/komunikasi dan beserta kultur lingkungan yang kondusif dan sudah sesuai dengan penerapan atau implementasi sistem tersebut. Sedangkan pengertian Sistem Informasi adalah kumpulan elemen-elemen/sumber daya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu, dan bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi (Sanyoto Gondodiyoto, “Audit Sistem Informasi”, Mitra Wacana Media, 2007 halaman 112).

Saat ini, hampir tidak mungkin bekerja dalam dunia bisnis tanpa didukung dengan teknologi informasi (IT). Dari segi kebutuhan bisnis itu sendiri maupun dari sisi psikologi para pelaksana bisnis, hampir pasti IT tidak hanya menjadi supporting device yang penting tapi kadang kala merupakan main device suatu bisnis itu sendiri.

Banyak bidang profesi saat ini berbasis pada teknologi informasi. Tanpa teknologi informasi mungkin sebagian dari profesi tersebut tidak akan dapat berjalan. Dari sisi pelaksana bisnis ini, sebagian besar pelaku bisnis saat ini adalah anak-anak muda yang dididik dan terdidik sebagai pengguna teknologi informasi semenjak mereka dilahirkan. Generasi-generasi sebelumnya harus mampu mengupgrade dirinya dalam dunia teknologi informasi jika tidak ingin tertinggal.

Dari segi dunia bisnis, agar dapat ikut dalam persaingan saat ini setiap perusahaan dan setiap orang dalam perusahaan harus didukung dengan teknologi informasi dan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi.

Contohnya adalah industri keuangan. Dahulu transaksi di bursa saham dilakukan secara manual. Saham dipesan, dicatat dalam lembaran kertas, dan dieksekusi beli atau jual yang mungkin membutuhkan waktu berhari-hari. Tetapi saat ini, semua proses itu hanya berlangsung dalam hitungan detik. Apa yang terjadi? Volume bisnis sektor finansial berkembang cepat dan menggila. Setiap orang dapat melakukan transaksi saham dan valas hanya dengan mengakses komputer di rumah-rumah, kantor, jalanan dan di mana saja tanpa perlu hadir di pasar itu sendiri. Semua data diolah oleh suatu sistem informasi berbasis komputer yang terintegrasi ke jaringan di seluruh dunia.

Data menunjukkan bahwa volume perdagangan pasar keuangan sudah jauh melebihi pasar riel. Artinya, jual beli semu yang menghasilkan dana riel jauh melebihi bisnis riel yang menjadi dasar jual beli di pasar keuangan.

Anda kenal Warren Buffet orang terkaya di dunia saat ini? Kekayaannya yang dibangun melalui pasar keuangan menjadi maju pesat belakangan ini tentunya juga karena dukungan teknologi informasi.

Itu suatu contoh bahwa IT membawa perubahan besar dalam bisnis dan ekonomi.

Bagaimana dengan jenis industri lainnya? Industri perbankan jelas merupakan salah satu industri termaju dalam memanfaatkan teknologi informasi. Transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan melalui media kartu (kartu kredit dan kartu debet). Orang tidak perlu lagi membawa fisik uang ke mana-mana. Malah saat ini ada kartu uang isi ulang yang dapat dilakukan sebagai alat pembayaran. Hal ini sudah diterapkan untuk pembayaran tol di Surabaya. Bagaimana mungkin jutaan atau bahkan milyaran transaksi-transaksi tersebut akan dicatat, dibukukan dan dilaporkan jika dilakukan secara manual?

Apakah seluruh industri harus memanfaatkan Teknologi Informasi agar tetap eksis dalam bisnisnya?

Hampir pasti... harus! Perusahaan sektor tradisional seperti pertanian dan perkebunan pun seyogyanya dapat memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh teknologi Informasi yang dirancang khusus untuk itu. Coba bayangkan. Suatu PT Perkebunan Negara (PTPN) yang memiliki puluhan sampai ratusan area perkebunan menggunakan teknologi informasi yang menghasilkan berbagai informasi untuk setiap kebunnya yang tersebar di berbagai wilayah dan pulau. Informasi yang dihasilkan antara lain akan mencakup kapan suatu kebun harus dipupuk, disiangi, dipanen, ditanam; berapa kebutuhan pupuk, kebutuhan tenaga kerja, peralatan, modal kerja dan lain-lain serta kapan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dilakukan. Juga akan dihasilkan informasi mengenai produktivitas setiap kebun. Informasi-informasi tersebut akan sangat membantu Direksi untuk mengelola perkebunan secara efisien. Standar-standar biaya dapat ditentukan dan pembelian secara terpusat dapat dilakukan (yang tentunya akan lebih murah jika dibandingkan dengan pembelian terpecah-pecah oleh setiap kebun). Selain itu, informasi yang dihasilkan oleh teknologi informasi dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja setiap unit dan setiap pegawai.

Coba bayangkan juga jika PTPN tersebut belum maksimal memanfaatkan teknologi informasi. Anggaran disusun oleh setiap unit setiap tahunnya, diajukan ke kantor pusat, disetujui dan diaplikasikan tetapi tidak ada informasi yang dapat memastikan bahwa volume pembelian pupuk dan jumlah tenaga kerja, misalnya, adalah sesuai kebutuhan dan kapan harus dilakukan pemenuhan kebutuhan tersebut. Akibatnya PTPN akan menjadi sangat tidak efisien, stok pupuk menumpuk, biaya modal kerja menjadi tinggi, dan penilaian kinerja yang fair tidak dapat dilakukan.

Namun, yang paling penting adalah bagaimana teknologi informasi tersebut dapat mencapai tujuannya. Tabloid Otomotif pernah memberitakan bahwa Direksi PT Astra Honda Motor berhasil menurunkan kebutuhan modal kerjanya senilai satu trilyun rupiah hanya dengan mengurangi stok motor di gudang-gudang dan di dealer-dealernya. Hal ini berarti akan menurunkan biaya penyimpanan dan modal kerja yang pada akhirnya akan dapat menurunkan harga jual agar motor Honda dapat bersaing dengan Yamaha. Hal ini tentu membutuhkan informasi akurat yang diolah oleh suatu teknologi informasi yang canggih.

Sejauh dan secanggih apapun penggunaan teknologi informasi, ia tetaplah hanya alat. Pada akhirnya, bermanfaat tidaknya teknologi tersebut tetaplah bergantung pada manusia yang menjadi penggunanya.

4 komentar:

mjusupnurgraha.blogspot.com mengatakan...

Penulisan anda betul-betul menambah pengetahuan saya, memang betul apa yang dikatakan anda ".......sejauh atau secanggih apapun teknologi informasi,dia hanya sebagai alat dan ada tidaknya manfaat tergantung manusia yang menggunakan...", komentar saya mendukung artikel anda Implementasi Sistem Teknologi informasi atau ERP tidak akan jalan bila perusahaan tidak memenuhi salah satu syarat berhasilnya implementasi tersebut yaitu tersedianya SDMnya yang mendukung, selain komitmen dari manajemen itu sendiri....
Dari temanmu Jusup

Harjanto Prabowo mengatakan...

Bagus sekali
Namun perhatikan bgaiamana pengaturan yg baik agar tidak terlalu membosankan dalam membaca teks yg panjang

Anonim mengatakan...

Boleh juga sih tuh artikel, spt kata Haryanto P juga... bisa kah ditulis lebih populeran dikit.
PTPN menerapkan IT tuk semua lini? wow, apa gak kemewahan? informasi pasar dunia tetang teh lg jeblog.. n fungsi sosial kebun juga perlu dipertimbangkan.. perkebunan swasta sangat mungkin tp PTPN...belum lah. apalagi di jabar yang holticultur n sarat dgn beban sosialnya, perlu dikaji dalam banget. sebuah wacana oke deh. ulasan lain ditunggu, ttg pengendalian korupsi barangkali..trims.

Anonim mengatakan...

Setuju IT penting banget. Seperti juga ERP,Risk Mgt,KPI, BalancedScorecard,MalcolmBaldridge dan berbagai jargon penyempurnaan sistem manajemen lainnya.
Tapi, saya juga setuju pendapat mas anonim.
Mungkin karena contoh yang diambil kayaknya terlalu ekstrim. Banyak industri nasional (terutama BUMN) yang masih berkutat di masalah budaya organisasi dan SDM. Dan ini yang sering terlupakan oleh para konsultan mgt tools yang direkrut. Akibatnya, investasi mahal gak diaplikasikan karena SDM yang belum kompeten dan budaya yang belum siap. Contoh mudah, belum semua atasan siap menerima dan menjawab email dari bawahannya lho ...
Jadi, tambahan dari saya, implementasi high-end tools perlu pentahapan juga sesuai tingkat kesiapan organisasi.